Kota (klatentv.com)-Tim Pelayanan Ibu Paroki Santa Theresia Jombor Kabupaten Klaten menggelar seminar dengan tema “Peran Wanita Dalam Pembelajaran Politik dan Menggereja” di aula Gereja Paroki setempat, Minggu (30/4/2023).
Seminar ini menampilkan pembicara Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Klaten yang juga Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPRD Klaten, Eko Prasetyo.
Tim Pelayanan Ibu Paroki Santa Theresia Jombor, Anastasia Enny Dwiwiyanti menyampaikan, gelaran Pemilu serentak tahun 2024 yang akan memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR RI, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten atau Kota, serta Gubernur dan Bupati atau Walikota sudah semakin mendekat. Karena itu, perlu diadakan pembelajaran kepada umat, terutama para ibu dalam bentuk seminar atau sarasehan.
“Dari seminar ini diharapkan ibu-ibu bisa tahu dan mengerti mengenai kriteria dalam memilih dan menentukan seorang pemimpin yang memegang teguh UUD 45, yang mendukung Pancasila, yang nasionalis, yang bisa melestarikan budaya bangsa Indonesia di segala aspek kehidupan, dan mampu menolak money politic dengan alasan yang jelas,” katanya.
Anastasia Enny Dwiwiyanti mengatakan, seminar ini diikuti oleh dua perwakilan ibu dari 29 Lingkungan se Paroki Jombor dan pengurus Ibu Paroki. Jadi, ada 82 ibu yang mengikuti seminar ini.
“Kami berharap, hasil dari sarasehan ini bisa ditularkan kepada ibu-ibu yang lain,” ujarnya.
Seminar kali ini dimoderatori oleh Robertus Sugiyono. Dalam pengantar seminar disampaikan, selama ini ada stigma bahwa peran wanita adalah sebagai ‘kanca wingking’ yang mempunyai arti hanya sebagai fungsi pelengkap. Maka diperlukan penyadaran kepada para wanita tentang hak-haknya.
Narasumber Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Klaten, Eko Prasetyo dalam paparan menjelaskan, ada banyak tokoh wanita yang menjadi Pahlawan Nasional di masa pergerakan kemerdekaan Indonesia. Antara lain Nyai Ageng Serang, Cut Nyak Dien, Christina Martha Tiahahu, RA Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Cut Mautia, Rasuna Said, dan lain-lain.
Sedang pasca kemerdekaan Indonesia sampai sekarang, muncul tokoh-tokoh wanita seperti Malala Yousafzai (pejuang pendidikan dan hak-hak perempuan di Afganistan), Margaret Thatcher (Perdana Menteri dengan julukan “wanita besi” dari Inggris), Angela Merkel (Kanselir wanita dari Jerman), Megawati Soekarnoputri (Wapres dan Presiden pertama wanita di Indonesia), Puan Maharani (Ketua DPR pertama wanita di Indonesia), Susi Pujiastuti (mantan Menteri Kelautan dengan semboyan “Tenggelamkan”), Sri Mulyani (Menteri Keuangan yang ahli dalam menanggulangi krisis ekonomi), dan Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri yang pandai dalam Diplomasi Luar Negeri).
“Itulah tokoh-tokoh wanita yang berjasa bagi bangsa dan negaranya, yang bisa menjadi inspirasi bagi kaum wanita Indonesia,” tandasnya.
Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPRD Klaten ini mengemukakan, di dunia politik, berdasarkan Undang Undang Nomor 10 Tahun 2008 berlaku aturan bahwa partai politik baru dapat mengikuti Pemilu jika telah menerapkan sekurang-kurangnya 30 persen keterwakilan perempuan dalam Kepengurusan.
Kemudian aturan ini diteruskan dalam Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang menyatakan bahwa setiap Parpol peserta Pemilu harus menjalankan kuota perempuan 30 persen. Dimana didalam urutan daftar 3 caleg, satu harus perempuan.
“Penegasan ini memberi peluang besar kepada perempuan untuk ikut terjun dalam Pemilu di segala tingkatan,” tegasnya.
Tim Ahli Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) Klaten ini mengutarakan, dengan “peluang” yang besar ini, maka wanita perlu didorong untuk mau terjun di dunia Politik. Wanita perlu didorong untuk mau terlibat ikut kontestasi tersebut bagi yang berminat. Atau kalaupun tidak mau terlibat kontestasi, wanita harus menjadi pemilih yang cerdas.
“Menjadi pemilih yang cerdas dalam arti sebagai pribadi tidaklah selalu harus cerdas secara akademis. Tetapi pengertian cerdas di sini adalah mau memilih sesuai hati nurani dan sebisa mungkin menolak money politic, dengan memilih figur calon yang mengedepankan program, dan besok harus juga berani menagih kembali program yang dijanjikan para calon setelah dia terpilih,” ungkapnya.
Dewan Pembina Pemuda Katolik (PK) Komisariat Klaten ini mengingatkan, tahun 2023 adalah tahun politik dimana sebentar lagi akan digelar 77 Pilkades serentak di Kabupaten Klaten. Kemudian di tahun 2024 akan ada Pemilu Serentak DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten atau Kota, DPD dan Pilpres.
“Saat pembahasan Rancangan Undang Undang Nomor 23 tahun 2024 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dimana yang rentan menjadi korban dan yang harus dilindungi adalah wanita dan anak-anak, pada awal-awalnya sangat alot. Ini dikarenakan jumlah anggota wanita di DPR masih sedikit. Sehingga kurang ada suara untuk mendesak dalam pembahasan. Dan juga masih berlakunya budaya patriarki dalam masyarakat kita. Berkaca dari peristiwa tersebut, maka peran wanita (dalam dunia politik) sangatlah diharapkan,” tegasnya.
Dewan yang berdomisili di Kecamatan Jogonalan ini menandaskan, berpolitik tidaklah harus bersifat pragmatis dengan masuk Partai Politik. Kepedulian dan bersuara terhadap kepentingan wanita dan kepentingan umum itu juga sudah menjadi bagian dari berpolitik.
“Tetapi agar kekuatan itu berdampak besar, maka tidak bisa dilakukan secara sendiri atau perorangan. Tetapi dengan berkelompok atau diorganisir. Seperti dalam bentuk Paguyuban Ibu Paroki. (suara) Itu baru akan didengar dan ditindaklanjuti,” paparnya.
Eko Prasetyo menambahkan, di era sekarang, kaum ibu yang gemar bermedia sosial agar berhati-hati dan waspada dengan berita hoaks dan membiasakan metode saring sebelum sharing.
“Saya berharap, ibu-ibu mau terlibat dan mau aktif dalam berbagai organisasi ataupun Partai Politik untuk menyuarakan hak-haknya dan melawan diskriminasi,” pesannya.
Setelah penyampaian materi dilanjutkan sesi tanya jawab. Peserta antusias bertanya kepada narasumber mengenai fenomena money politic, bagaimana para politisi membagi waktu dengan keluarga, penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat miskin, penanganan masalah sampah, dan sebagainya.
Acara seminar diakhiri dengan pesan dan kesan dari Pastor Paroki Santa Theresia Jombor, Rama Antonius Amisani Kurniadi, Pr.
“Ibu-ibu sekarang mempunyai kesempatan yang sama untuk manjadi tokoh-tokoh besar yang punya pengaruh terhadap lingkungan, masyarakat dan bangsa. Karena di sekitar kita ada banyak organisasi dan kegiatan, seperti PKK, Posyandu, Dasa Wisma, dan sebagainya. Dalam kegiatan organisasi tersebut kita bisa ikut bersuara untuk menolak perilaku diskriminasi dan anti keberagaman,” pesan rama. (L Sukamta)