Sedekah Sampah: Sebuah Refleksi Hari Lingkungan Hidup
klatentv.com_Alam mulai tidak bersahabat dengan kita, karena kita juga sudah tidak bersahabat dengan alam. Coba kita tengok, kita gali dari diri sendiri, yang paling kecil dan sekarang. Contoh, ke manakah kita membuang sampah rumah tangga saat ini? Sejauh ini membuangnya hanya di sungai, selokan, pinggir jalan, menanamnya di tanah dan membakarnya atau malah dibuang sembarangan. Padahal selama ini, disadari atau tidak manusia pasti ‘nyampah’. Beli ini pakai plastik, jajan ini pakai plastik, ke toko pakai plastik, dan setiap rutinitas kita menghasilkan sampah. Iya, mungkin untuk sampah organik itu bisa diuraikan dan hancur sehingga bisa menjadi pupuk baik dibiarkan maupun diolah dengan komposter. Lalu bagaimana dengan sampah an-organik? Selamanya sampah an-organik tidak akan hancur dan hanya menjadi limbah yang sangat merugikan. Padahal sampah itu bisa menjadi sumber penyakit dan pencemaran bagi lingkungan. Karena alam ini bukan warisan dari leluhur kita melainkan alam ini merupakan titipan untuk anak keturunan kita. Itu hanya sebagian contoh dari limbah sampah yang dihasilkan rumah tangga. Belum lagi sampah industri, penggundulan hutan, mencari ikan pakai racun dan berbagai pengrusakan alam lainnya.
Masalah sampah memang masih menjadi Pekerjaan Rumah bagi kita untuk dapat diselesaikan. Penyelesaian itu tidak sekedar dengan penyediaan lahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang seluas-luasnya, dan penyedia truk-truk pengangkut sampah. Hal itu hanya menimbun bola salju yang semakin hari semakin besar. Selain itu, masalah sampah yang tidak dikelola dapat menimbulkan gangguan estetika (bau yang menyengat), menggangu kebersihan lingkungan dan sumber daya alam, dampak terhadap kesehatan yaitu dapat digunakan sebagai perkembangbiakan organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya penyakit yang ditimbulkan yaitu penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum. Termasuk adanya permasalahan pencemaran air, pencemaran udara, dan konflik sosial yang bisa ditimbulkan karena pembuangan sampah sembarangan.
Namun di balik seratus permasalahan yang ditimbulkan dari sampah, ada ribuan potensi yang dilahirkan dari sampah. Sampah pada umumnya di bagi menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. 1) Sampah organik (sampah basah), yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk atau hancur) secara alami. Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos atau energi alternatif berupa biogas yang melalui serangkaian proses pengolahan. 2) Sampah anorganik (sampah kering), yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, dan sebagainya. Walaupun demikian, sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya sehingga apabila diolah lebih lanjut dapat menghasilkan keuntungan. Selain dijual sampah anorganik dapat diolah menjadi barang hiasan rumah tangga, peralatan rumah tangga, dan bahan dalam pembuatan karya seni rupa. Baik sampah organik maupun sampah an-organik, hampir semuanya dapat dimanfaatkan.
Beberapa alternatif pengelolaan sampah yang dapat kita lakukan adalah menggunakan Prinsip Pengolahan Sampah 5 R (reuse, reduce, recycle, replace, rethink). 1) Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. 2) Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan/menghasilkan/menimbulkan sampah. 3) Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. 4) Replace adalah menggunakan barang-barang yang tahan lama. Menghindari penggunaan barang-barang yang bersifat disposable (sekali pakai). replace, yaitu mulai mengganti barang sekali pakai dan barang yang tidak ramah lingkungan dengan barang yang dapat didaur ulang. 5) Rethink, yakni memikirkan kembali keputusan kita dalam membeli atau menggunakan barang yang dapat menimbulkan sampah.
Sisa kegiatan manusia sehari-hari, yang dianggap tidak bermanfaat dan membuat lingkungan kotor, bisa disedekahkan. Karena sampah memiliki nilai ekonomis, semua jenis sampah, baik organik maupun an-organik. Bisa dijual dan memberikan kebermanfaatan bagi manusia dan lingkungan. Kuncinya adalah ikhlas. Walaupun hanya sekedar sampah, ketika diniatkan ikhlas tanpa mengharap imbalan untuk sedekah, sesuai dalil diatas, pahalanya akan mengalir dan rezeki si pemberi sedekah akan terus bertambah.
Caranya pun simpel, mudah, murah, praktis dan bernilai ibadah dan sosial. Sejauh ini telah ada beberapa beberapa desa di Kabupaten Bantul yang menerapkan Sedekah Sampah, seperti: Dukuh Kauman, Desa Tamanan, Banguntapan; Dukuh Karet, Desa Pleret, Pleret; Dukuh Dhuku, Desa Jambidan, Banguntapan; kemudian juga dilakukan di Desa Panggungharjo, Sewon dengan BUMDes “KUPAS” nya. Memang cara ini mirip seperti Bank Sampah hanya saja ini lebih kepada sosial. Jika orang menyetorkan/diambil sampahnya oleh Bank Sampah maka perlu pencatatan dan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit. Bedanya dengan Sedekah Sampah, orang menyetor/diambil sampahnya dan setelah itu tidak berpikir lagi untuk meminta hasil penjualan sampah, karena uang penjualan sampah total digunakan untuk kegiatan sosial/keagamaan.
Alur perjalanannya bisa dilihar pada diagram di bawah ini:
Pertama kali dilakukan pemilihan di rumah, mana sampah organik, an-organik dan sampah kaca/besi. Kemudian bisa diantar sendiri ke penampungan sementara atau bisa juga diambil oleh seseorang yang telah ditunjuk sebelumnya. Di penampungan sementara, petugas yang ditunjuk itu memilah-memilih lagi. Setelah itu sampah siap dipanen, sampah yang menumpuk tadi bisa diantar ke pengepul atau pengepulnya sendiri yang datang sesuai kesepakatan sebelumnya. Setelah itu namanya bukan lagi sampah melainkan lembaran-lembaran uang yang siap digunakan untuk berbagai kebutuhan warga. Selain itu, juga bisa dikembangkan kerajinan dari sampah dan pembuatan pupuk kompos dari sampah organik. Pembuatan pupuk kompos ini akan berlanjut menjadi pencanangan kebun organik desa. Sehingga sedekah sampah terus berkelanjutan dalam melestarikan lingkungan.
Hasil sedekah sampahpun tidak bisa diremehkan, karena setiap orang itu membuang sampah.
Panen Sedekah Sampah Dukuh Kauman Tahun 2012
Ini tersaji data penjualan sedekah sampah dari Dukuh Kauman, Tamanan, Banguntapan, Bantul pada tahun 2012 kemarin. Ini merupakan bulan pertama dan bulan kedua dicanangkannya sedekah sampah. Ada peningkatan dari bulan pertama ke bulan kedua, ini bukan saja ditafsirkan semakin banyaknya warga menghasilkan sampah melainkan semakin pedulinya masyarakat atas lingkungan dan manfaat adanya sedekah sampah. Jika tidak mampu bersedekah dengan uang dan barang berhargamu, maka sedekahlah dengan sampahmu.**
Oleh: Minardi