Krisis Air Warga Lereng Merapi, Bpbd Klaten Droping Air

KlatenNet – Menjawab krisis air bersih yang dialami ribuan warga lereng merapi karena dampak debu vulkanik kelud, BPBD Klaten mulai kamis (20/2) pagi ini melakukan droping air bersih. Enam armada truk tangki 5 ribu liter akan mendistribusikan air ke 11 desa di wilayah Kecamatan Kemalang . Untuk hari pertama, setiap dusun di masing masing desa yakni, panggang, balerante, talun sudah mendapatkan air bersih dari BPBD Klaten.

Warga di tiga desa tersebut mengaku sangat membutuhkan air bersih untuk keperluan mck dan juga ternak mereka. Tandon atau bak penampungan air milik warga pasca hujan abu Gunung Kelud menjadi tercemar abu vulkanik. Bahkan air bercampur abu mirip lumpur.

Yatmi, warga dusun Balerante, desa Balerante, mengaku sudah hampir tujuh hari susah mendapatkan air bersih untuk mck. Yatmi mengaku bak penampungan air di dekat rumahnya sudah tidak bisa digunakan lagi karena sangat kotor. Air bersih droping dari pemerintah ini akan dimanfaatkan untuk kebutuhan minum dan memasak. sedangkan untuk mandi dan kebutuhan ternak, dirinya memanfaatkan air hujan yang ditampung di bak kecil.

Sementara itu, kepala BPBD Klaten, Sri Winoto, menjelaskan droping air ini merupakan permintaan warga lereng merapi saat masa darurat abu vulkanik Kelud. Dan mulai kamis ini, BPBD Klaten mulai mengirimkan enam armada ke tiga kelurahan. Enam armada tersebut akan melakukan droping ke beberapa bak penampungan air miik warga. Menurut rencana, droping air ini akan dilakukan selama tiga hari, menunggu air hujan turun dan bisa dimanfaatkan warga kembali.

Lebih lanjut Sri Winoto mengungkapkan , sumber air Bebeng, yang digunakan warga lereng merapi, tertutup material erupsi merapi. Hingga sekarang, belum bisa dimanfaatkan lagi oleh warga. Sehinggga praktis, warga menggantungkan kebutuhan air dari hujan yang turun.

Menurut Sri Winoto, dana droping air untuk mengatasi kekeringan di kabupaten Klaten sebesar Rp. 300 juta untuk satu tahun . Dana ini akan digunakan selama setahun.

Dalam kesempatan yang sama, Sri Winoto mengungkapkan masa tanggap darurat bencana abu vulkanik Kelud telah berakhir. Sehingga kondisi sudah dinyatakan normal seperti semula. Tahapnya kemudian beralih ke kondisi transisi pemulihan.