KlatenNet – Menjelang panen raya padi, puluhan petani di desa karangwungu kecamatan karangdowo, klaten menggelar prosesi ngunduh berkahing gusti. Ritual ini masih berkembang di kepercayaan petani jawa sebagai ritual menjelang panenan.
Acara ritual ngunduh berkahing gusti ini diawali dengan membawa sesaji ke tengah sawah. Arak arakan dilakukan dengan mengelilingi perkampungan dan menuju arela persawahan, yang padinya tengah menguning. Rombongan sesaji diikuti para petani yang membawa ani-ani atau alat pemetik padi serta sejumlah persembahan seperti ingkung ayam maupun nasi kenduri. Sesampainya di tengah sawah, sesepuh membacakan doa. Ritual ini semacam kulanuwun atau permisi masyarakat petani sebelum memanen, tanpa prosesi yang di daerah lain disebuat mimiti atau wiwit, maka padi belum di panen.
Sejumlah penari yang melambangan dewi sri, ikut meramaikan prosesi sesaat sesaji maupun ubo rampe di doakan sesepauh. Sesepuh desa, lawu arta mengatakan ritual ini merupakan prosesi meminta izin, mengucap syukur dan meminta maaf kepada tiga unsur yakni tuhan, alam dan badan sekojur. Wujud syukur tersebut dialkuakn atas melimpahnya hasil panen, dan tidak adanya hama yang menyerang tanaman padi.
Usai doa dipanjatkan, para petani perempuan memainkan gejok lesung dengan diiringi tetembangan. Selanjutnya petani yang lain mulai memetik padi. Padi yang dipetik merupakan padi terbaik sebanyak satu jalang sebagai bentuk syarat. Satu jalang merupakan ikatan padi terkecil sebesar ibu jari. Untaian padi ini, kemudian dibawa pulang dan ditaruh di dekat sesaji yang ada di rumah. Acara ini sudah terbiasa dilakukan masyarakat desa setempat. Dan merupakan bagian dari budaya petani jawa.