Kalikotes, (klatentv.com) Gempa hebat melanda klaten jumat (11/3/2016) pagi. Akibatnya, anak-anak berkebutuhan khusus yang sedang asyik mengikuti terapi akupuntur kaget dan berhamburan mencari perlindungan. Ada pula yang sembunyi di bawah meja, berlari ke pojok ruangan sambil menyilangkan tangan mereka di belakang kepala.
Setelah keadaan aman, dengan bantuan guru pendamping satu per satu mereka keluar ruangan menuju halaman sekolah. Lucu dan mengharukan itulah yang terasa ketika melihat anak anak dengan keterbatasan fisik mencoba menjalani pelatihan simulasi gempa layaknya orang normal yang diadakan klinik arogya mitra klaten, jumat (11/3/2016). Para guru mereka terlihat sangat sabar untuk mengarahkan dan memberi pengertian.
Para pasien akupuntur berbagai usia dan berasal dari seluruh indonesia ini sebagian juga berperan menjadi korban gempa. Dengan sabar dan menurut, siswa itu mengikuti arahan petugas badan penangulangan bencana daerah (BPBD) klaten dan SAR klaten saat diminta pingsan dan di gotong oleh para guru pendamping yang telah di latih. Puluhan siswa berkebutuhan khusus ini akhirnya memadati titik kumpul halaman klinik arogya mitra.
Ya itulah gambaran simulasi yang di ikuti oleh 100an siswa berusia taman kanak hingga SMA dan para pendidik yang ada di klinik khusus anak berkebutuhan khusus arogya mitra. Dengan segala keterbatasan mereka mencoba mengikuti semua arahan dari pembimbing.
Pendiri arogya mitra, mariani untung menyebut kegiatan simulasi gempa ini bagian dari kegiatan hut arogya mitra yang ke-17. Selain itu, kegiatan pelatihan ini untuk mengenalkan cara menyelamatkan diri yang benar bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
”Bencana melanda semua orang, termasuk anak berkebutuhan khusus. Setidaknya, dengan pembekalan ini anak-anak dapat lebih mandiri,” kata mariani di sela sela simulasi.
Ia mengakui, butuh ekstra kesabaran dan ketelatenan untuk mengajari anak berkebutuhan khusus ini. ”Tentunya beda dengan anak normal lainnya. Tapi dengan kesabaran dari pembimbing anak-anak dapat mengikuti arahan dengan baik,” tambahnya.
Sementara kasi kedaruratan BPBD klaten, nur cahyo mengatakan, kegiatan ini untuk memberikan bekal dan pengetahuan kepada anak berkebutuhan khusus dalam menghadapi bencana.
”Tidak ada metode khusus mengajari mereka. Hanya saja dalam memberi pengarahan harus pelan-pelan agar dapat ditangkap dengan baik,” kata nur cahyo.**