Prambanan (klatentv.com)-Abhiseka adalah upacara pensucian dan peringatan diresmikannya Candi Prambanan oleh Rakai Pikatan Dyah Seladu pada “Wualung Gunung Sang Wiku” atau tahun 856 M untuk menandai puncak kekuasaan kerajaan Mataram Kuna.
Arkeolog Muda Nur Kesawa yang juga penggiat budaya agama Hindu, menjelaskan, upacara puncak Abhiseka diadakan ritual pembersihan candi Prambanan dengan menggunakan sesaji dan ritual Manusuk Sima.
“Acara tersebut adalah hasil kajian dari Prasasti Masa Mataram Kuna dan acara akan diakhiri dengan penampilan Sendratari “Siwagrha” yang isinya menceritakan rekontruksi prasasti Candi Prambanan. Tahun ini adalah peringatan peresmian Candi Prambanan yang ke 1.163 tahun dan baru pertama kali ini dilakukan umat hindu,” terang Nur Kesawa.
Dalam perayaan tersebut akan dirayakan selama empat hari, yaitu pada Sabtu – Selasa, tanggal 9-12 November 2019, di altar Candi Prambanan.
“Kita menemukan dalam prasasti bahwa pendirian Candi Prambanan pada tanggal 12 november tahun 856 masehi. Waktu itu bulan purnama, saat ini pun bulan purnama, jadi tepat kita menyelenggarakannya,” ujar Koordinator Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) DIY, Made Astra Tanaya.
Dengan berpatokan dengan hal itu, maka umat Hindu mengulang kembali upacara tersebut. Bisa dibilang ini adalah peringatan peresmian Candi Prambanan yang ke-1163.
Ia menjelaskan bahwa upacara ini bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan Candi Hindu terbesar di Indonesia ini.
Made Astra Tanaya menjelaskan bahwa Candi Prambanan sempat terbengkalai ketika Mataram Hindu pindah ke Jawa Timur.
Terlebih saat itu ada letusan dasyat dari Gunung Merapi yang mengubur seluruh dataran termasuk candi.
“Kebetulan Merapi meletus dan banyak candi yang terpendam Dan dengan Abhiseka ini menjadi titik balik untuk mengembalikan energi dari Candi Prambanan. Ini sangat berarti, untuk mengembalikan energi. Kita menguatkan vibrasi, getaran candi ini yang akan berimbas ke umatnya dan untuk Indonesia,” paparnya
Nur Khotimah (27) adalah sosok dibalik terselenggaranya Abhiseka kali ini. Ia adalah lulusan S2 UGM Arkeologi UGM.
Berawal saat ia mengerjakan tesis pada Mei-Juli 2019 kemarin yang berjudul Pemanfaatan Candi Prambanan untuk Kepentingan Agama Hindu.
Dalam riset itu tiba-tiba saya menemukan beberapa buku yang membahas prasasti siwagrha, disitu disebutkan walung gunung sang wiku yang artinya 778 saka atau 856 masehi,” jelasnya
Di sana dijelaskan bahwa berdirinya Candi Prambanan adalah 12 November 856 Masehi.
Menemukan sejarah itu, maka ia pun berusaha menjelaskan ke umat Hindu.
“Awalnya juga susah, karena saya berbasis ilmiah, dan umat hindu berbasis ritual, ya harus dijelaskan pelan-pelan. Ada pro dan kontra yang pasti,” jelasnya.
Namun banyak umat yang mendukung, terbukti pengisi dalam acara kali ini banyak yang berasal dari luar DIY.