Kota-Badan Pusa Statistik (BPS) kabupaten Klaten merilis hasil pencacahan lengkap sensus pertanian 2023 tahap pertama yang menyatakan selama 10 tahun terakhir jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RUTP) atau petani gurem di Klaten mengalami penurunan.
Berdasarkan data dari BPS Klaten,jumlah RUTP gurem atau rumah tangga yang menggunakan maupun menguasai lahan pertanian mengalami penurunan sebanyak 17.436 rumah tangga atau sekitar 16,02 persen dibandingkan data pada 2013.Pada tahun 2013 terdapat 108.856 rumah tangga,saat ini menjadi 91.420 rumah tangga.
Demikian disampaikan Kepala BPS Klaten,Rudi Cahyono saat rilis sensus pertanian 2023 di Hotel Grand Cokro,Selasa (12/12/2023).
Rudi menyatakan secara umum RTUP di Klaten mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2013,mengalami penurunan hingga 14,48 persen.Dari sebelumnya 125.617 rumah tangga,pada tahun 2023 menjadi 107.426 rumah tangga.
“Sesuai UU Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik,kami melakukan sensus sekurang – kurangnya sekali dalam 10 tahun untuk menyediakan data mengenai struktur pertanian nasional hingga level wilayah terkecil dan detail tabulasi silang.Periode pendataan mulai dilakukan 1 Juni sampai 31 Juli 2023 dengan melibatkan 196.172 petugas lapangan untuk melakukan sensus di 26 kecamatan.Menggunakan metode door to door hingga snow ball dengan menyasar daerah perdesaan dan perkotaan,”bebernya.
Persentase RTUP gurem terhadap RTUP penggunaan lahan paling rendah,lanjut Rudi terdapat di kecamatan Juwiring yakni sebesar 75,37 persen.Sedangkan persentase RTUP gurem terhadap RTUP pengguna lahan paling tinggi terdapat di kecamatan Jatinom yakni sebesar 95,03 persen.
“Kami berharap melalui hasil sensus pertanian ini bisa dimanfaatkan secara penuh oleh Pemkab Klaten,khususnya dalam memperbaiki pembangunan di sektor pertanian,”pungkasnya.
Sementara itu menanggapi hasil sensus pertanian dari BPS Klaten tersebut, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) kabupaten Klaten,Maryanto merespon cukup positif dan membenarkan adanya penurunan jumlah petani gurem.
Menurutnya,adanya petani gurem ini karena dipengaruhi faktor turun temurun,mengingat lahan pertanian yang menjadi warisan seringkali dibagi – bagi kepada ahli waris,sehingga di Klaten terjadi petani gurem.
“Saya berharap adanya proteksi dari Pemkab terhadap petani gurem Klaten agar ketahanan pangan tetap terjaga,”ujarnya.