Ciptakan Suasana Aman Dan Damai Di Masyarakat, Badan Kesbangpol Jawa Tengah Lakukan Sarasehan Penyelesaian Konflik Sosial Di Klaten

Klasel(klatentv.com)-Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah mengadakan sarasehan “Peningkatan kapasitas masyarakat sipil dalam penyelesaian konflik sosial” di Gedung Serbaguna Desa Nglinggi, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten pada Selasa (12/9/2023).

Sarasehan yang mengusung tema “Melalui koordinasi dan sinergitas kita tingkatkan peran aktif masyarakat dalam mencegah konflik sosial” ini menampilkan dua narasumber, yaitu Anggota Komisi A DPRD Provinsi Jawa Tengah, Stephanus Sukirno dan Ayuning Sekar Suci.

Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah yang diwakili Kabid Ketahanan Bangsa, Pradana Agung Nugraha dalam sambutan mengatakan, kegiatan sarasehan ini diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah konflik sosial.

“Sehingga dapat menciptakan suasana sejuk, aman, dan damai di masyarakat, terutama di Kabupaten Klaten,” katanya.

Pradana Agung Nugraha menyatakan, terus meningkatnya konflik sosial dapat menyebabkan kesatuan bangsa dihadapkan pada berbagai permasalahan besar. Karena itu, dalam rangka mengatasi atau mengurangi masalah konflik sosial, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat.

Satu, mengingatkan dan mengajak kepada semuanya untuk tidak mudah terperdaya pada berita-berita yang kayaknya benar dan nyata, tetapi hoax. Berita hoax ini dibuat untuk memecah belah bangsa Indonesia.

Kedua, hendaknya masyarakat tetap dalam koridor hukum dan peraturan yan berlaku. Dan yang tidak kalah penting adalah mengedepankan toleransi, antar individu dengan kelompok masyarakat,

Dan tiga, penyadaran masyarakat untuk selalu mengamalkan ideologi Pancasila. Dimana didalamnya terkandung sifat keimanan dan ketaqwaan, kerukunan hidup yang berperikemanusiaan, azas musyawarah mufakat dan keadilan sosial.

“Ada empat hal yang membuat masyarakat tidak toleran. Pertama, melarang membangun rumah ibadah. Kedua, tidak mau bertetangga dengan umat agama lain. Ketiga, tidak mau merayakan hari besar agama lain di lingkungan sekitarnya. Dan keempat, anak-anak dilarang bermain dengan anak-anak penganut agama lain,” paparnya.

Narasumber Ayuning Sekar Suci dalam pemaparan materi yang mengusung tema “Kearifan lokal dalam.membentuk jatidiri bangsa” menyampaikan, masyarakat patut bersyukur hidup di Indonesia yang subur dan kaya raya. Apalagi, ada banyak kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.

“Agar norma dan nilai-nilai yang baik itu tetap terjaga dengan baik, maka orangtua atau keluarga perlu menransfer nilai-nilai tersebut kepada anak-anaknya. Karena anak-anak inilah yang akan menjadi generasi penerus bangsa,” terangnya.

Anggota Dewan asal Kabupaten Wonogiri ini berpesan, nilai-nilai dan kearifan lokal yang baik ini harus terus dijaga dan dilestarikan. Karena hal ini menjadi modal dasar bagi kehidupan bersama.

“Harapan saya, masyarakat sadar, bahwa kita perlu mengarahkan generasi muda agar menjadi orang yang baik,” pesannya.

Sedang narasumber Stephanus Sukirno dalam paparan materi yang mengusung tema “Konflik dalam komunikasi dan hubungan interpersonal” mengatakan, buah konflik adalah keterpecahan. Akibat keterpecahan, Indonesia bisa dijajah oleh bangsa lain.

“Intinya, konflik itu tidak membawa manfaat apapun bagi kita. Karena itu, konfilik harus dihindari. Sebab kalau ada konflik, kita tidak akan bersatu, dan tidak bisa merdeka,” terangnya.

Mantan Rektor Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang ini menandaskan, masyarakat perlu merubah mindset terkait persatuan bangsa.

“Kita perlu meninggalkan keegoisan kita masing-masing. Kita harus bersatu untuk Indonesia. Dan kita harus mencintai negara ini,” tandasnya. (L Sukamta)

editor: Windarto