Cawas (klatentv.com)_ sekitar 5-8 dokter forensik yang berasal dari Universitas Muhammadiyah dan Rumah Sakit Muhammadiyah telah disiapkan untuk melakukan otopsi independen atas kematian siyono. Istri almarhum siyono tetap meminta pp muhamadiyah dan komnas ham melakukan otopsi dan siap menjalani sanksi dari pemerintah desa pogung.
“Otopsi akan segera kami lakukan. Akan tetapi kami tidak bisa sebutkan kapan,” ujar Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, Rabu (30/3/2016) usai menemui istri almarhim siyono di dusun pregungan desa pogung kecamatan cawas.
Ditegaskannya, otopsi tersebut juga sesuai permintaan istri siyono dan Komnas HAM. Terkait adanya penolakan dari pemerintah desa setempat, dahnil menyatakan pp pemuda muhamadiyah tetap mengedepankan toleransi kedua belah pihak dan menghargai hasil kesepakatan warga pogung.
“Saat saya bertanya ke ibu suratmi, jawaban beliu justru membuat saya hampir menangis. Warga yang meminta agar keluarganya pindah keluar desa pogung dijawabnya “tanah allah itu maha luas,saya bisa tinggal dimana saja”,” ungkap dahnil menirukan jawaban suratmi.
PP muhamadiyah bahkan menyatakan sikap siap menampung keluarga siyono, jika memang akan diusir keluar desa oleh warga setempat karena mengotopsi jasad imam masjid tersebut.
Sementara beberapa point tanggapan diberikan keluarga Marso (Orang Tua Siyono) setelah disodori hasil pertemuan warga rabu (30/3/2016) pagi yang menolak otopsi. Adapun tanggapan keluarga itu diantaranya pihak keluarga keberatan dengan sanksi yang diberikan karena warga tidak berhak menentukan atau memutuskan akan dimakamkan dimana karena bumi ini adalah bumi milik Allah. Kemudian Seandainya nanti jadi otopsi pihak keluarga dan penyelenggara otopsi akan membicarakan dulu dengan pemerintah desa pogung.
setelah melakukan pertemuan tertutup selama 30 menit, Dahnil bersama rombongan lantas melakukan tabur bunga di makam almarhum Siyono yang berjarak sekitar 200 meter dari kediamanya.**