Peduli Klaten, group WA yang peduli potensi lokal

Jatinom,(Klatentv.com)__keprihatinan Komunitas Group WA Peduli Klaten sudah 14 kali kopi darat (kopdar) di berbagai elemen masyarakat klaten, dari yang perdana di Darul Afkar Institute (Kyai DR Syamsul Bakri Puntadewa), Kandang Luak(Klaten Selatan), Sanggar Kebangsaan(Trucuk), Kandang Banyu Udan, Gatak Delanggu, Karangdowo, Sekretariat PPCK (Diffable) Klaten, Radio Lintas Merapi( Kemalang), Ponpes Modern Sunan Kalijaga(Wedi), Towangsan, Gadang Mlati(kajoran), Bunda Purwanti Ryryn(Gergunung), Show room Femax (Wedi) dan di Paguyuban Ngesthi Manunggal (Bunder, Bandungan, Jatinom) ini.
wpid-1457374517217.jpg
Tujuan dari komunitas grup WA ini untuk srawung sekaligus diskusi tentang permasalahan permasalahan di klaten dan bagaimana nanti akan dapat solusinya, dengan harapan bisa turut berkontribusi kebaikan klaten kedepannya. Di promotori oleh Joko Femax, Ansori, dan Iwan Purwoko diskusi ini di awali dengan presentasi Ekspedisi Embung Merapi dengan menanampilkan video visual perjalanan jelajah embung-embung di lereng lereng merapi, ekspedisi embung ini nanti nya akan di sampaikan pada yang berwenang untuk menjadikan perhatian dan pertimbangan bahwa berkaitan dengan adanya program pembangunan 1000 embung untuk mengatasi kekeringan di jawa tengah dari pripinsi yang di prioritaskan oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo baru baru ini, akan lebih baik merenovasi embung yang sudah ada dan sangat di butuhkan serta telah biasa di gunakan masyarakat sekitar daripada membuat embung baru yang akan menelan banyak biaya tentunya.

Selain tentang embung bahasan di kopdar ini juga tentang kelanjutan aksi pilah sampah yang juga telah di laksanakan 2 kali di carfreeday jalan pemuda klaten minggu minggu kemarin, aksi gayamisasi dan mericanisasi di girpasang mendatang, juga tak lupa mendiskusikan kearifan dan potensi lokal. Seperti di Paguyuban Ngesthi Manunggal sendiri mempunyai produk budidaya tanaman Kelor dan merica yang mana tanaman tersebut sudah menjadi komuditi yang menguntungkan bagi masyarakat bunder, Paguyuban Ngesthi Manunggal sendiri khususnya. Lalu juga melebar ke diskusi liar sambung menyabung, seperti masalah konservasa alam di daerah tambang pasir (galian c), pengolahan sampah hingga ke aksi-aksi real action yang perlu di lakukan mendatang.

Yang menarik juga kopdar di Ngesthi Manunggal ini, diskusi tentang budaya tanaman kelor dan merica. Terutama kelor yang selama ini sering kali di abaikan banyak orang bahkan banyak yang menganggap tanaman kotoran (dlm bhsa jawa sering di bilang: wit regetan) ini ternyata luar biasa kaya kasiat dan manfaat, serta kadungan nutrisi makanan nya melebihi berkali lipat dari segala macam tubuhan lain. Pemanfaatan daun kelor sebagai sumber gizi belum banyak dimanfaatkan di Indonesia terutama di klaten, hanya beberapa daerah saja yang telah menggunakan daun kelor sebagai sayuran, malah sebagian besar masyarakat menggunakan daun kelor untuk hal-hal bersifat mistik, misalkan untuk menghilangkan ruh jahat, mengusir energi-energi negatif dll.

Padahal sejak dahulu kala masyarakat Afrika telah memanfaatkan sebagai bahan makanan sumber zat gizi. Joko Femax Istiyanto menerangkan “Karena tingginya kandungan gizi pada Kelor dapat mengatasi wabah penyakit gizi buruk atau busung lapar di eutopia, dan karena banyaknya manfaat dari kelor (Moringa oliefera:nama latinya) ini menjadi dijuluki sebagai “Pohon Ajaib”, “Mother’s Best Friend” dan “Miracle Tree” oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang sejak 1988 telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu alternatif bahan pangan untuk mengatasi masalah gizi (nutrisi)”

Di sisi lain kata Suradji sebagai salah satu sesepuh paguyuban, menegaskan “Ngesthi Manunggal memperkenalkan dalam bentuk produk KRIPIK KELOR seperti yang kami sajikan saat ini untuk bisa di ICIPI rasanya, enak dan gurij to… karena kripik merupakan makanan yang merakyat, praktis, dan potensinya besar untuk di eksport. Tercatat di media-media online dan cetak, pada tahun 2010 eksport produk kripik/kerupuk mengalami kenaikan sebesar 25%.walau bahan baku yang digunakan pada umumnya seperti tepung topioka, terigu dll, kurang akan kandungan gizinya. Dengan menambahkan daun kelor nilai gizinya akan menjadi jauh lebih tinggi tentunya. Harapannya eksport akan lebih meningkat lagi, hingga ekonomi para petani ‘wong deso’ seperti kami juga semakin bisa meningkatkan ekonominya. Maka kami mengajak berbagai pihak (termasuk pihak terkait) untuk bekerja sama, mensuport dan bahu membahu agar harapan ini bisa terwujud”

Poin poin dari diskusi kopdar di rumah Ustad Umar Widodo yang juga pembina Ngesthi Manunggal ini diantaranya bahwa segala kebijakan aksi penghijauan harus mempertimbangkan nilai ekonomis dan kearifan lokal, akan lebih fokus dan terus mengelinding sampe tuntas dalam setiap konten aksi yang sudah berjalan sampai dengan rencana adanya team perumus aksi dan terus giat mengalir hingga real yang di lakukan ada ujud nyata hingga bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat klaten benar benar terwujud.

Muhammad Ansori memberikan penjelasan ” Aksi riil (Real Action:pinjam bahasanya Bieb Ali Klaten Visual) Sebagai tindak lanjut aksi gayamisasi di girpasang bulan lalu, Gerakan Mericanisasi akan di Gigirpasang akan di lakukan sabtu 12 Maret 2016 mendatang yang bibitnya juga akan diambilkan dari kreatifitas ekonomi mandiri dari sedulur Paguyuban Ngesthi Manunggal Bunder Bandungan ini sebagai wujud upaya real dan sinkronisasi giat peduli klaten yang akan di motori oleh Muslih dan Iwan Purwoko. Tentunya kami juga akan bekerjasama dengan semua kelompok masyarakat untuk juga mengkampanyekan dan mempromosikan produk-produk ekonomi kreatif di desa-desa sepeti ini.

Selanjutnya kopdar peduli klaten yang ke15 akan dilaksanaakan pada: Jumat 18 Maret 2016 di Rumah Suhardi Toha Jalan Prenjak nomor 50, (Deket sekertariat PPCK). “Ya saya tertarik dengan menu kelor yang lain sepeti bisa di buat sayur, saya akan mencoba juga menampilkan menu masakan dari kelor” kata istri Suhardi Toha, yang juga sangat tertarik dengan Kelor setelah Kopdar di bunder ini.