Kota (klatentv com)-Forum Mahasiswa Pecinta Seni dan Seniman Indonesia (Formatasindo) mengadakan pagelaran tari bertajuk “Wilasita Mataya #3” dalam rangka memperingati Hari Tari Sedunia (HTS) di Pendopo Omah Gasebu (Gelar Seni Budaya) Dukuh Tegal Coro Canan, Desa Solodiran, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten, Sabtu (6/5/2023).
Gelaran “Wilasita Mataya #3” ini dimeriahkan dengan penampilan dari TK Piri Nitikan yang membawakan Tari Gajah Melin, Tari Ropi Saya, Sanggar Ganesha (Tari Kelinci, Tari Incling Jangget, Tari Glipang), Formatasindo (Tari Sarapada), Kamasetra UNY (Tari Gambyong Pareanom), dan Swagayugama (Tari Golek Kenyo Tinembe), UKJGS UGM ( Tari Topeng), Kalimasada UIN Sunan Kalijaga (Tari Topeng Blora), Pulung Dance Studio (Tari Klana Sewandana), dan Sanggar Sri Rama (Tari Topeng Etan).
Selain itu juga ada penampilan dari SMP Negeri 2 Depok, Sleman (Tari Sintren, Tari Caping Ayu, Tari Ragil Kuning), Balai Budaya Minomartani (Tari Mangastuti, Tari Lawet, Tari Kalo), Sanggar Seni Sumunar dan Sanggar Sekar Manggis (Tari Lakon “Jati Pitutur – Pitutur Jati), Omah Gasebu (Tari Angkrek), Sanggar Sekar Kinasih (Tari Klana Topeng Dalang), dan Sanggar Banyumili (Tari Narada).
“Wilasita Mataya #3” ini diakhiri dengan pentas Wayang Parika Topeng Corek yang dimainkan Formatasindo.
Pembina Formatasindo, Sukisno menyampaikan, pagelaran tari “Wilasita Mataya #3” diadakan untuk memperingati Hari Tari Sedunia yang sebenarnya jatuh pada 29 April. Tetapi karena pada tanggal itu mereka masih disibukkan dengan acara Idul Fitri, maka peringatan Hari Tari Sedunia baru bisa dilaksanakan pada hari ini.
“Setelah selama tiga tahun para seniman tidak bisa mengekspresikan jiwa seninya karena pandemi, maka hari ini kita adakan pagelaran tari. Ada 22 tari yang ditampilkan oleh 16 sanggar dan sekolah serta lembaga,” katanya.
Pemilik Pendopo Omah Gasebu ini menjelaskan, pagelaran tari ini diprakarsai oleh para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di sekitar Jogja maupun Solo yang tergabung dalam Formatasindo. Sedang untuk biaya penyelenggaraan berasal dari iuran anggota Formatasindo dan sumbangan dari para seniman.
“Kami sebagai sesepuh hanya memberikan fasilitas tempat bagi para pecinta seni ini untuk berkreasi, mengaktualisasikan jiwa seni mereka dalam bentuk pementasan seni tari,” ujarnya.
Sedang Bupati Klaten yang diwakili Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Klaten Sri Nugroho menyambut baik acara pagelaran tari yang diprakarsai dari Formatasindo ini.
“Acara pagelaran tari yang dilakukan oleh Formatasindo ini juga dalam rangka mencari bibit bibit penari dari berbagai sanggar tari yang ada di Kabupaten Klaten,” tandasnya.
Sri Nugroho menyatakan, saat ini, di Kabupaten Klaten ada sekitar 200 sanggar tari yang masih aktif. Mereka masih mengadakan latihan dan pementasan tari dalam berbagai event.
“Saat ini kita sedang melakukan konsultasi dengan berbagai stakeholder di bidang seni tari untuk memunculkan tarian apa yang khas di Kabupaten Klaten ini. Kalau reog itu kan punya daerah Ponorogo. Tari Gambyong miliknya Jogja atau Solo. Nah, kita sedang mencari tari apa yang khas daerah Klaten ini,” ungkapnya.
Sementara itu pemerhati dan pegiat seni di Kabupaten Klaten, Jimbling Supriyadi menambahkan, pagelaran tari dalam rangka peringatan Hari Tari Sedunia ini diadakan secara mandiri oleh Formatasindo.
”Karena itu kami berharap, Pemerintah Kabupaten Klaten mau peduli dengan kehidupan berkesenian di Klaten ini. Pemkab harusnya memberi pemihakan (dana) dan juga kesempatan bagi para seniman untuk berkreasi dan mengaktualisasikan jiwa seni mereka,” harapnya. (L Sukamta)