SMAN 1 klaten Memilih OSIS Secara Online

KlatenTV.COM – Kemajuan tekhnologi harus dimanfaatkan untuk berinovasi. Hal itulah yang dilakukan siswa-siswi SMAN 1 Klaten untuk menerapkan pesta demokrasi pemilihan Ketua OSIS 2015, Kamis (27/8) secara online.

“Pemilu OSIS online ini baru dilaksanakan pertama kali. Kalau tahun-tahun sebelumnya masih konvensional seperti pemilu pada umumnya,” kata Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kesiswaan SMAN 1 Klaten, Aris Sutaka.

Dengan mengakses website pemilu.sman1-klt.sch.id, dijelaskannya, sistem pemilu online itu lahir dari karya anak didiknya yang tergabung dalam Secure (Smansa Educational, Computing and Research) atau kelompok ektrakulikuler komputer. Mereka bekerjasama dengan MPK (Majelis Perwakilan Kelas) untuk menggelarnya.

Hal itu membuat para guru mengapresiasi inovasi tersebut. Selain menerapkan tekhnologi dalam belajar berdemokrasi, pemilu online juga menghemat biaya. Diantaranya, tidak perlu menyediakan lembar surat suara pencoblosan, tempat pemungutan suara, hingga menghemat waktu dan meminimalisir kecurangan.

“MPK itu semacam DPR/MPR, sedangkan Secure itu KPU-nya siswa. Mereka (MPK) terdiri dari dua siswa perwakilan masing-masing kelas. Tugasnya besok saat pemilihan memandu 998 siswa SMAN 1 Klaten sebagai voter. Login di website, memasukan user name sesuai nama, nomer induk siswa, asal kelas, dan password, kemudian tinggal klik sesuai pilihan hatinya,” tambah Aris.

Screencapture website pemilihan ketua OSIS SMAN 1 Klaten
Screencapture website pemilihan ketua OSIS SMAN 1 Klaten

Disisi lain, Koordinator Secure SMAN 1 Klaten, Wisnu Utomo menerangkan, sistem pemilu online tersebut bukan aplikasi. Pasalnya, tidak semua murid memiliki ponsel berbasis android. Namun demikian sifatnya portable, bisa diakses melalui ponsel, laptop, dan perangkat lainnya yang terakses dengan internet.

“Biayanya nol rupiah, karena kita menginduk pada website sekolah (sman1-klt.sch.id). Selain itu, kita juga menyiapkan fasilitas ceck point di halaman sekolah untuk memfasilitasi siswa yang tidak memiliki perangkat elektronik. Jika disabotase hacker, kami juga sudah mengantisipasinya,” terangnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, penerapan tekhnologi dalam belajar berdemokrasi ini juga menghemat biaya. Diantaranya, tidak perlu menyediakan lembar surat suara pencoblosan, tempat pemungutan suara, hingga menghemat waktu dan meminimalisir kecurangan.

“Kita juga menjunjung asas pemilu, jurdil dan luber. Yang bisa mengaksesnya hanya siswa bersangkutan berdasarkan nomer induk dan asal kelas. Untuk passwordnya secara acak, diberikan saat hari H pencoblosan. Prinsipnya, di era saat ini kita harus bisa berinovasi, tapi bukan berarti melanggar tradisi pemilihan yang sudah ada,” imbuh Wisnu.