Penuhi Permintaan Pasar, Pengusaha Tembakau Klaten Ajak Petani Pacitan Kembangkan Tembakau Asepan

Trucuk(klatentv.con)-Kebutuhan pasar tembakau dunia, terutama tembakau asepan atau DFC (Dark Fire Cured) terus meningkat. Sementara itu, lahan untuk menanam tembakau asepan di daerah Klaten dan Boyolali semakin terbatas.
Karenanya, pengusaha tembakau asepan asal Dukuh Rejodani, Desa Karangpakel, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Juwandi mengembangkan lahan tembakau DFC-nya sampai ke Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
“Mengingat permintaan tembakau asepan yang sangat banyak, maka para pengusaha tembakau melebarkan sayap ke daerah-daerah lain di luar Kabupaten Klaten. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang ekspor tembakau maupun kebutuhan lokal,” katanya, Selasa (18/7/2023).
Juwandi mengatakan, ia mengembangkan tembakau jenis Grompol Jatim di Pacitan untuk bahan baku tembakau asepan. Ini bertujuan untuk menutupi kekurangan tembakau beberapa tahun yang lalu karena banyak pabrik mengalami defisit bahan baku.
“Tembakau DFC ini diekspor ke negara-negara Uni Eropa dan Amerika. Dan kebutuhannya semakin banyak. Dan selama ini, yang menjadi pemegang brand (merk) itu adalah tembakau DFC dari Klaten dan Boyolali,” ujarnya.
Juwandi menambahkan, untuk menjamin kepastian stok kebutuhan tembakau asepan dan keberlangsungan usaha, maka ia pun berkeinginan menjalin kerjasama dengan petani tembakau di Pacitan.
“Karena kerjasama ini berorientasi ke bisnis, maka harus simbiosis mutualisme. Dalam arti, kerjasama yang saling menguntungkan. Petani bisa jalan, perusahaan juga bisa jalan. Disitulah akan terjadi kelangsungan usaha atau kemitraan,” tandasnya.
Sedang Penasihat Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Nasional, Suwarno menyampaikan, pada tahun 2005, ia bersama sejumlah tokoh petani tembakau Indonesia melakukan audiensi dengan Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan RI. Intinya, mereka meminta pengembalian dari cukai tembakau ke daerah. Dan hasilnya, pada tahun 2007, Pemerintah membagikan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) ke sejumlah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Petani itu andilnya banyak, tetapi perhatiannya kurang. Maka, salah satu rohnya DBHCHT itu adalah untuk peningkatan bahan baku, dari pembibitan sampai pemasaran,” terangnya.
Suwarno menjelaskan, ada sejumlah tahapan dalam budidaya Tembakau Grompol Jatim, yaitu pembibitan, persiapan lahan, penanaman dan penyulaman, pemeliharaan tanaman, panen atau pemetikan daun, dan curing atau pengeringan.
“Kita sampai melakukan budidaya tembakau asepan Grompol Jatim di Pacitan ini karena BEP (break event point) di Klaten sudah tidak terjangkau lagi. Maka kita cari daerah lain yang BEP-nya masih terjangkau, seperti Mojokerto. Dimana kita ada realisasi 80 hektar. Dan di Pacitan ini yang ada realisasi sekitar 30 hektar. Karena kalau petani wis nandur, kudu ana sing nampani (membeli). Karena kita butuh kepastian dalam berusaha,” tandasnya.
Sementara itu Kabid Perkebunaan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pacitan, Joko Rinanto menyambut baik rencana kerjasama penanaman tembakau asepan ini.
“Karena ini adalah kerjasama bisnis to bisnis, maka semuanya harus dipersiapkan dan dihitung dengan cermat. Seperti hitungan taksaksi (taksiran) dan realisasi. Jadi harus ada data riel. Karena dana Pemerintah yang dikuncurkan ke petani harus dapat bermanfaat. Karena itu, kerjasama ini harus simbiosis mutualisme dan berkelanjutan. Harus sda komitmen yang baik antara petani dan pengusaha,” ungkapnya.
Usai pertemuan dengan para petani dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait di kantor DKPP, Juwandi dan rombongan melakukan kunjungan ke lapangan. Mereka memantau sejauh mana perkembangan tanaman tembakau yang sudah ditanam petani.
“Kita banyak memberi support, arahan untuk mengajak petani untuk memproduksi tembakau yang maksimal. Salah satunya, kita harus terjun ke lapangan untuk melihat tanaman-tanaman ini. Petani minta apa, kita layani. Ini agar produksi bisa digenjot semaksimal mungkin,” papar Juwandi.
Tanggapan petani Pacitan pun sangat luar biasa. Meskipun mereka baru menanam perdana tembakau jenis Grompol Jati, tetapi semangat petani luar biasa. Termasuk saat menghadapi fenomena alam (cuaca) yang kurang bersahabat, mereka tetap tegar, tidak menyerah.
Terkait, Ketua APTI Kabupaten Pacitan, Sartono merasa bersyukur bisa bekerjasama dengan Juwandi.
“Kita senang karena didampingi. Kita berharap, usaha yang kita lakukan ini bisa sukses, dan memberi keberkahan bagi kita semua,” harapnya. (L Sukamta)

Editor: Windarto