KlateNet – Ratusan petani cabai di Klaten, terpaksa melakukan panen dini tanamanya akibat terkena abu vulkanik erupsi Gunung Kelud. Sebagaian besar tanaman cabai yang masih hijau tersebut patah akibat tebalnya abu vulkanik yang menempel di tanaman.
Dampak hujan abu Gunung Kelud, terus dirasakan masyarakat di wilayah Kabupaten Klaten. Termasuk para petani cabai yang kini tinggal menunggu panen. Akibat tebalnya abu vulkanik, ribuan batang tanaman lombok patah. Para petanipun terpaksa memanen cabainya yang masih hijau. Meski harus menelan kekecewaan, panen dini ini harus dilakukan agar mereka tidak merugi terlalu banyak.
Salah seorang petani cabai di Kecamatan Trucuk, Rusmini mengaku saat ini harga cabai merah tergolong bagus, Mencapai 24 ribu rupiah perkilogramnya. Sementara, untuk cabai yang masih hijau ini cuma dihargai 12 ribu rupiah. Satu persatu, tanaman yang telah patah ini, dikumpulkan dan diambil buahnya. Jika tidak di panen dini, cabai inipun tidak akan bisa tua namun justru layu dan akhirnya kering.
Hujan abu yang mengguyur wilayah Klaten, tergolong sangat tebal, akibatnya banyak tanaman yang patah, tak kuat menahan beban lumpur yang menempel. Menurut Rusmini, dampak letusan Gunung Kelud ini cukup dirasakan petani, berbeda dengan letusan Gunung Merapi 2010 silam.