Warga Minta Pengawasan Truk Pasir Diperketat
Tulung, Klatentv.com– Setiap harinya ratusan truk pengangkut tambang galian C berupa material pasir dari lereng Merapi melintasi jalur alternatif Deles-Mundu-Tulung menembus jalan raya Jatinom-Boyolali. Kondisi ini mengakibatkan percepatan kerusakan badan jalan, bahkan di beberapa titik jalan terputus karena jalan berkubang dan ambles.
Kondisi tersebut dikeluhkan para pemuda di desa Jembangan, Sudimoro, Tulung, Klaten. Mereka meminta kepada Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Klaten maupun Provinsi Jawa Tengah mempeketat pengawasan truk-truk pengangkut pasir tersebut. Mereka melihat hilir mudik truk pengangkut pasir melebihi tonase.
“Muatan truk melebihi tonase. Itu dapat diketahui warga karena pasir yang diangkut truk terlihat munyung (menggunung) keatas melebihi pintu bak belakang truk,” ujar seorang pemuda setempat, Komariyanto, Selasa (9/8).
Menurut dia dalam setiap harinya ada ratusan truk pengangkut pasir melintasi jalan tersebut dalam waktu 24 jam nonstop. Lantaran kepadatan arus truk ditambah dengan muatan pasir yang melibihi kapasitas itu, mengakibatkan perlintasan jalan sebelah utara kondisinya bergelombang, tidak karuan. Bahkan di beberapa titik kondisi jalan telah terputus karena tanahnya ambles. Seperti ditemui di kurang lebih1 Km arah barat perempatan Tugu Lilin di pojok utara Kantor PLN Tulung. Tepatnya di sebelah utara dusun Duruboh dan Dogang desa Sorogaten, Kecamatan Tulung.
“Di situ ada dua titik jalan yang terputus. Kendaraan roda dua saja keropatan saat melintasi karena tanahnya ambles begitu dalam, apalagi roda empat kalau melintas akan semakin kesulitan,” beber dia.
Komar mengatakan akibat kondisi jalan yang rusak parah itu akses kendaraan menjadi terhambat. Bahkan tidak sedikit yang mengalami kecelakaan baik itu dialami oleh truk pengangkut pasir itu sendiri ataupun bagi pengendara umum yang melintas.
“Padahal jalur tersebut merupakan jalur utama bagi warga daerah barat kearah timur ke pusat Kota kecamatan Tulung. Juga, bagi mereka yang bersekolah dan bekerja ke pabrik,” ungkapnya.
Maka itu, mereka meminta kepada Dishub menindak tegas dan melarang beroperasi jika ditemukan penambang ilegal. Dishub meminta agar Dishub menertibkan bagi truk-truk yang mengangkut pasir melebihi tonase. Jika diperlukan, perlunya dibangun jembatan timbang sebelum truk-truk tersebut keluar dari lereng Merapi.
“Kami mempertanyakan kesungguhan pengawasan yang dilakukan Dishub? Kenapa sampai ada pembiaran truk-truk mengangkut pasir terlihat munyung (menggunung) melebihi penutup bak belakang truk? Apakah diatas sudah ada pungutan liar lalu truk yang melanggar aturan tapi tetap dibiarkan? Apakah memang benar dalam 24 jam nonstop truk-truk itu diperbolehkan beroperasi,” tanya dia.
Ketua Pemuda RW 07 Wajongkulon, Sudimoro, Tulung, Raras Endarto menguraikan para pemuda desa saat ini tengah berinisiatif mengumpulkan tanda tangan tokoh-tokoh warga yang dusunnya berdekatan dengan jalur tersebut untuk kemudian mengimkan surat kepada instansi-instansi terkait. Menurut Raras, selain meminta agar Dishub melakukan pengawasan secara ketat terhadap truk-truk pengangkut pasir, pemuda juga meminta agar Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Energi Mineral Kabupaten Klaten memprioritaskan alokasi anggaran dana pemeliharaan jalur tersebut.
“Di jalur Keposong Kabupaten Boyolali jalannya sudah dibangun dengan beton. Nah, yang arah ke timur melintasi desa kami belum mendapat perhatian. Jalan itu belum ada lima tahun dibangun tapi hanya dalam waktu 5 bulan terakhir ini kondisinya sudah tidak karuan karena truk pengangkut pasir tak terkendali,” tandas mahasiswa UGM Yogyakarta, itu.