Upacara Adat Dan Potong Tumpeng Warnai Hari Jadi Sendangsari Ke 73

Kulonprogo (Klatentv.com)-Peringatan Hari Jadi Kalurahan Sendangsari ke 73, yang digelar selama dua hari, dari Tanggal 22 – 23 September 2020, dilaksanakan dengan sederhana dan dihadiri oleh perwakilan Kundha Kabudayan (Dinas Kebudayaan) Kabupaten Kulonprogo, Panewu Pengasih, Triyanto Raharjo. S. Sos, MSi, seluruh pamong kalurahan serta sejumlah tokoh masyarakat setempat. Dalam rangkaian peringatan hari jadi tersebut, selain menggelar ziarah dan tabur bunga, juga menyelenggarakan malam tirakatan, upacara tradisional serta pemotongan tumpeng sebagai simbolisasi bergabungnya dua kalurahan yakni Kalurahan Pereng dan Kalurahan Serang pada awal paruh kedua abad ke 20.

Dalam peringatan Hari Jadi Kelurahan Sendangsari Kapanewon Pengasih yang ke 73 ini, diawali dengan ziarah kubur di makam dua orang Lurah pendahulu yakni R. Moeldjosardjono dan Ny. Sawiyem. Dimana untuk Lurah Sendangsari pertama yakni R. Moeldjosardjono dimakamkan di makam Damplakan Pedukuhan Mrunggi dan Lurah berikutnya yakni Ny. Sawiyem dimakamkan di makam Sunan Geseng Pedukuhan Girinyono. Menurut Carik Sendangsari Sigit Rahmanto, SPd, penggabungan dua kalurahan ini dilakukan pada akhir Tahun 1946 silam dan dilakukan dengan pemungutan suara untuk menentukan pemimpin dari dua wilayah yang bergabung tersebut.

“dari beberapa referensi sejarah yang ada di kalurahan pas penentuan Lurah saat itu sudah dilakukan secara demokratis, karena diadakan pemungutan suara atau kalau dulu itu disebut “bitingan”. Untuk nama Sendangsari itu sendiri, diambil dari nama sumber air Clereng, kalau warga disini biasa menyebut dengan Sendang Clereng,” ungkap Sigit Rahmanto.

Usai dilaksanakan ziarah dan tabur bunga kemudian dilanjutkan dengan malam tirakatan dan pada hari berikutnya digelar juga upacara adat serta pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh perwakilan dari Kundha Kabudayan Kabupaten Kulonprogo dan diserahkan kepada Pj. Lurah Sendangsari, Samsudin. “untuk kali ini memang kita selenggarakan dengan sederhana, peserta juga kita batasi karena sedang ada pandemi. Protokol kesehatan juga kita terapkan secara ketat untuk antisipasi dari hal – hal yang tidak kita inginkan bersama,” tambahnya.

Sedangkan dalam peringatan Hari Jadi ini sebagai salah satu wujud refleksi sejarah dari berdirinya Kalurahan Sendangsari agar bisa diketahui oleh para generasi muda setempat sehingga mereka tidak tercerabut dari akar sejarah yang sudah dirintis oleh para pendahulu. “di kita kan ada adat – istiadat, budaya tradisional dan ada juga kearifan lokal, sehingga harapannya para generasi muda memahami sejarah tersebut dan menumbuhkan rasa kecintaan untuk membangun wilayahnya,” pungkas Sigit Rahmanto. (Bhisma/KP)