Klatentv.com—Ribuan warga berduyun-duyun menuju lapangan Oro-oro Tarwiyah kompleks makam Ki Ageng Gribig, Jatinom, Klaten, Jumat (27/11/2015). Mereka ingin berebut berkah dari kue apem yang disebar di tengah lapangan.
Usai Sholat Jumat, serombongan santri mengenakan pakaian serba putih dan hijau memanggul gunungan kue apem dari Masjid Ageng, satu kompleks dengan makam Ki Ageng Gribig. Sepasang gunungan lanang dan gunungan wadon diarak menuruni anak tangga menuju panggung utama pelataran Oro-oro Tarwiyah. Usai didoakan, kue apem tersebut kemudian disebarkan kepada pengunjung.
Penyebaran kue apem diawali secara simbolis oleh Bupati Klaten Sunarno yang diikuti pejabat lainnya dan para santri. Selain di panggung utama, penyebaran kue apem juga dilakukan dari menara. Sementara ribuan warga yang sudah menunggu langsung berdesak-desakan berebut kue apem. Berbagai cara dilakukan warga agar mendapatkan kue apem. Mulai dari menggunakan jaring ikan, topi, payung yang di balik hingga kukusan yang dibuat dari anyaman bambu. Mereka percaya apem yang didapat bisa mendatangkan berkah. Sehingga warga rela rebutan meski kue apem jatuh ke tanah.
Salah satu pengunjung, ngatini (45), warga Karanganom, Klaten mengaku datang ke perayaan Saparan ingin mendapatkan kue apem sebaran. Kue apem yang didapat akan ditanam di sawah miliknya dengan harapan tanaman padi tumbuh subur.
“Hampir setiap perayaan Saparan selalu datang. Mencari apem (sebaran). Untuk di tanam di sawah. Katanya bisa menyuburkan tanaman padi,” tutur Sulastri
kue apem dalam gunungan tersebut merupakan sumbangan dari masyarakat Jatinom. Pada perayaan tahun ini kue apem yang terkumpul ada sebanyak 6 ton.
Tradisi Yaqowiyu mengandung nilai sejarah penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah Jatinom. Tradisi ini memiliki makna bersedekah seperti yang pernah diajarkan Ki Ageng Gribig semasa hidupnya.
Upacara ini awalnya hanya berupa majelis pengajian yang diikuti umat Islam dan masyarakat sekeliling Jatinom saja. Upacara ini diselenggarakan setiap setahun sekali pada hari Jumat pertengahan bulan Sapar.
Upacara ini dinamakan Yaqowiyu, diambil dari doa Kyai Ageng Gribig sebagai penutup pengajian yang berbunyi:” Ya qowiyu Yaa Assis qowina wal muslimin. Yaa qowiyu warsuqna wal muslimin” yang artinya Ya Tuhan berikanlah kekuatan kepada kita segenap kaum muslimin.
Usai berdoa, Kyai Ageng Gribig menghidangkan kue apem. Namun ternyata hidangan yang disediakan kurang , karena jumlah tamu yang datang sangat banyak, sementara apem yang disediakan terbatas. Kyai Ageng kemudian segera membuat kue apem yang masih dalam keadaan hangat untuk dihidangkan kepada para tamu undangan tersebut.
Majelis pengajian ini sampai sekarang setiap tahunnya masih berjalan, yang dilakukan pada malam Jumat dan menjelang sholat Jumat pada pertengahan bulan Sapar, setiap tahunnya. Doa Kyai Ageng Gribig itu dibacakan dihadapan hadirin, para pengunjung kemudian menyebutkan Majelis Pengajian itu dengan sebutan nama: ONGKOWIYU yang dimaksudkan JONGKO WAHYU atau mencari wahyu. Kemudian oleh anak turunnya istilah ini dikembalikan pada aslinya yaitu YO QOWIYU.