KlatenNet – Dampak banjir masih terus dirasakan warga, salah satunya berupa air bersih yang langka di wilayah yang terdampak banjir. Air sumur yang dimanfaatkan korban banjir untuk kebutuhan sehari hari ini, kini tercemar air kotor.
Senin siang(24/2), sejumlah petugas Balai Tehnik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Yogyakarta mendatangi lokasi banjir di Desa Melikan, Wedi, Klaten. BTKL Yogyakarta sengaja didatangkan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, untuk melakukan pengecekan terhadap kondisi sumber air di wilayah yang terdampak banjir. Kondisi air di daerah bencana banjir ini, dipastikan telah terkontaminasi, akibat air kotor masuk ke dalam sumur. Jika tetap dikonsumsi, air kotor tersebut dapat menyebabkan penyakit kulit maupun diare. Petugas BTKL, Mieng Nova Sutopo mengatakan, pihaknya lebih menekankan pelatihan, supaya masyarakat korban banjir dapat menjernihkan air sendiri. Sehingga warga tidak bergantung kepada suplai air yang mungkin akan disediakan pemerintah.
Untuk menjernihkan air yang keruh dengan sistem endapan, warga hanya membutuhkan kapur gamping atau tawas. BTKL memberikan contoh langsung di dapur umum, bagi warga Dukuh Muker, Melikan, Wedi, Klaten. Satu peres sendok teh serbuk kapur gamping atau tawas, dimasukkan dalam gayung berisi air sumur untuk dilarutkan. Setelah diaduk, kotoran pada air yang keruh terikat hingga menjadi jernih. Warga tinggal mengambil air di bagian permukaannya untuk dikonsumsi.