Fida, Masjid dan Awan Panas
Dalam sebuah video yang telah mendunia, tampak seorang anak perempuan menyingkapkan roknya agar bisa berlari kencang menjauh dari dahsyatnya awan panas Semeru tepat di belakang.
Dialah Fida, saat itu ia bersama teman-temannya tengah belajar Al-Qur’an seperti hari biasanya, sampai tiba-tiba.. GGGRrrrkkuuukkakk..
Gemuruh Semeru menyentak semua orang, sang Ustadz langsung meminta murid-muridnya untuk melarikan diri.
Fida yang sangat ketakutan segera berlari sekencang mungkin agar selamat..
Lari dan terus berlari.. Langkah-langkah mungilnya berlomba dengan awan panas berkecepatan ratusan km/jam.
Semua orang kalut dalam kengerian, aroma kematian sudah di depan mata.
Yang berhasil selamat bukan saja perih mata dan sesak dadanya akibat abu vulkanik, tapi juga hati yang merasa pilu karena dilanda kekhawatiran amat sangat pada nasib anggota keluarga yang terpisah.
Fida juga hilang! Entah dia dimana tidak diketahui oleh sanak keluarganya..
Ketika dirasa lebih aman masyarakat mulai berani mencari keluarganya yang hilang.
Pukul 9 malam yang gelap dan pekat, Fida ditemukan. Gadis kecil ini selama 6 jam bertahan tempat yang dianggapnya paling aman dari apapun, yaitu Rumah Allah, sebuah masjid lain dengan posisi lebih jauh dari pusat bencana.
Tanpa persiapan dan tanpa diduga maut dapat menghampiri siapa saja. Namun Allah juga bisa menyelamatkan siapapun yang dikehendakinya.
Sore itu di waktu Ashar memang tak ada yang menyangka awan panas maut akan keluar dan menelan desa-desa. Tidak pengamat, tidak ilmuwan, tidak otoritas, tidak juga warga. Pasalnya perut lava Semeru telah lama bergejolak sejak 9 tahun lalu.
Iya, statusnya sudah waspada mulai tahun 2012, menurut penjelasan teman-teman PVMBG, badan resmi negara kita yang kini bertanggung jawab jadi “juru kunci” masalah vulkanik.
Dalam 9 tahun status waspada, warga telah terbiasa dengan puluhan kali letupan dan guguran lava setiap hari. Selama itu tak pernah sekalipun terjadi insiden maut, semua skalanya kecil, tak bisa menjangkau pemukiman maupun tempat menambang pasir.
Ternyata hujan deras di puncak mengubah cerita. Air memicu longsoran, air juga menguap dan membentuk awan panas bertekanan tinggi yang sanggup meluncur lebih jauh beberapa km.
Segala puji untuk Allah, semoga yang selamat makin dikokohkan imannya, dipulihkan kehidupannya, bahkan menjadi jauh lebih baik. Dan yang meninggal, semoga diampuni semua dosanya dan diberi kenikmatan yang tak terkira.
Sumber: Laporan relawan Yudhi Pratama Putra