Pari Lanang Wedok, Ikut Mewarnai Ritual Adat Wiwitan

Kulonprogo (KlatenTV.com)-Ritual adat Wiwitan Panen Padi, digelar oleh masyarakat Padukuhan Pereng Kalurahan Sendangsari Kapanewon Pengasih, Kulonprogo, pada Minggu (30/7). Ritual adat yang rutin diselenggarakan ini, merupakan upacara warga setempat saat hendak memulai masa panen dilahan sawah yang berada diwilayah setempat. Ratusan warga dari berbagai lokasi juga ikut menyaksikan langsung jalannya upacara, hingga ikut berebut gunungan yang disiapkan olah pihak penyelenggara.

Upacara yang diawali dengan adanya kirab Bregodo Temu Kuning, yang diperankan oleh para remaja padukuhan setempat ini, mengawal dua buah gunungan yang terbuat dari padi dan gunungan yang terbuat dari berbagai macam hasil bumi. Bregodo Temu Kuning tersebut, simbolisasi dari masyarakat pedesaan yang bakal melakukan panen padi, dengan menenteng tenggok dengan disertai oleh para pemuda yang memanggul cangkul.

Setelah memasuki lokasi upacara, kemudian dilanjutkan dengan prosesi tetua adat yang meletakkan sesaji dilahan sawah, dimana di areal persawahan ini, bakal dimulainya panen raya. Usai memanjatkan doa, kemudian tetua adat memotong batang padi, lanang – wedok, untuk diikat menjadi satu dan dibawa ke lokasi upacara. Setelah dilakukan doa bersama atau biasa disebut juga dengan Umbul Doa, dengan diikuti ratusan masyarakat maupun para tamu undangan, prosesi adat kemudian dilanjutkan dengan makan bersama atau biasa disebut dengan Kembul Sewu Dulur.

Upacara adat ini diakhiri dengan adanya rebutan gunungan yang terbuat dari berbagai macam hasil bumi, sebagai simbolisasi kebahagiaan warga pedesaan atas karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan diberikan hasil panen yang cukup melimpah.

Dukuh Pereng Wahyudi, saat ditemui menuturkan, upacara adat wiwitan ini secara rutin dilakukan oleh masyarakat, sebagai bentuk nyata dalam melestarikan budaya tradisional peninggalan para leluhur. “ini juga kami jadikan sarana, agar generasi kekinian mengenal warisan sejarah peninggalan para leluhur, sehingga para generasi penerus tidak asing dengan adat budayanya sendiri. Harapannya para generasi milenial bisa berperan untuk melestarikan adat tradisional ini, sehingga tidak hilang ditelan zaman,” ujar Wahyudi. (Bhisma)

Editor: windarto