Klaten (20/12/2016)-Sakit itu mahal harganya. Seseorang yang terkena kanker pita suara stadium lanjut terpaksa menjalani operasi pengangkatan pita suara. Akibat dari prosedur operasi tersebut, maka penderita tidak bisa berbicara lagi karena tidak mempunyai pita suara. Bahkan untuk bernafaspun, penderita harus bernafas melalui lubang yang dibuat di leher yang dihubungkan dengan saluran nafasnya.
Inilah yang dirasakan oleh seorang penderita laki-laki berusia 70 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok. Penderita ini harus menjalani operasi pengangkatan kanker pita suara yang berdampak ia harus kehilangan pita suaranya.
Untuk mengembalikan kemampuan bicara penderita tersebut, dokter spesialis THT-KL Bedah Kepala Leher RS Cakra Husada melakukan operasi pemasangan prosthesis pita suara (pita suara tiruan) pada penderita tersebut. Operasi tersebut dilakukan dengan mendatangkan Prof. I Bing Tan, seorang ahli kanker kepala leher dari Belanda. Guru Besar luar biasa pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini mendampingi dokter spesialis THT-KL RSCH Klaten, Dr.dr.SR Indrasari, M.Kes., Sp.THT-KL(K),FICS untuk membantu melakukan operasi pemasangan pita suara tiruan tersebut.
Menurut dr. Indrasari, selain makanan, faktor kebiasaan merokok sejak usia muda menjadi faktor penyebab seseorang menderita kanker pita suara (kanker larings). Gejala awal dari kanker pita suara tersebut adalah suara serak yang tidak membaik dengan pengobatan. Sayangnya di Indonesia banyak penderita yang tidak menyadari gejala tersebut dan datang ke dokter spesialis THT-KL dalam kondisi yang sudah parah, dimana kanker yang dideritanya sudah berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
Profesor I Bing Tan menyebutkan bahwa dari pengalamannya selama ini baik di Belanda maupun di Yogyakarta, hampir sekitar 30% pasien kanker pita suara tersebut menolak dilakukan operasi pengangkatan pita suaranya, karena tidak mau kehilangan kemampuan bicaranya. Namun Menurut profesor yang aktif sebagai peneliti di bidang kanker kepala dan leher di bagian THT-KL FKUGM ini menegaskan bahwa tingkat keberhasilan operasi kanker larings cukup tinggi. Dan dengan pemasangan prosthesis pita suara tersebut, sekitar 80 persen pasien dapat berbicara lagi dengan sangat baik, 9 persen punya suara yang baik dan 10 persen punya suara rata rata.
“Bahkan merekapun dapat menggunakan handphone, bahkan bernyanyi dan menunjukkan peningkatan komunikasi yang cukup besar untuk orang-orang yang tidak bisa berkomunikasi sama sekali karena operasi pengangkatan pita suara.”
“Saya sangat senang karena sekarang kita punya peluang untuk memasang dan melakukan prosedur pemasangan prosthesis pita suara kepada pasien, dan semoga mereka semua dapat kembali berbicara dengan normal,” ungkap Prof. I Bing Tan.
Sementara putri penderita yang saat ini tinggal di Jakarta mengaku ayahnya tidak bisa mengeluarkan suara sejak bulan Juni 2016 setelah menjalani operasi pengangkatan pita suara yang dilakukan di RSUP Dr. Sardjito akibat kanker pita suara. Selama ini komunikasi yang dilakukan ayahnya hanya bisa lewat tulisan dan sms. Ia optimis ayahnya kembali bisa berbicara setelah menjalani operasi pemasangan pita suara tiruan di RSCH Klaten.
Bagi penderita kanker larings atau pita suara stadium 3 atau 4, pilihan untuk kesembuhan dari kanker tersebut harus ditempuh dengan cara operasi pengangkatan pita suara dan diikuti dengan radioterapi. Hal ini dilakukan guna menyingkirkan sel-sel kanker yang tumbuh di daerah pita suara. Akibatnya, bagian jakun ke atas dihilangkan sehingga menyisakan sebuah lubang di leher. Beruntung RS Cakra Husada Klaten kini mampu melakukan operasi untuk memasang pita suara tiruan**